Bangkitnya Video Musik Animasi
Musik dan animasi Jepang telah menjadi elemen ikonik budaya Jepang yang mendapatkan pengakuan di seluruh dunia. Meskipun lagu tema dan penutup anime sering mendominasi tangga lagu, beberapa tahun terakhir animasi mulai muncul sebagai media utama untuk video musik resmi (MV). Perpaduan antara musik dan animasi ini menciptakan bentuk seni unik yang memukau penonton secara visual dan auditif.
Penghematan Biaya atau Terobosan Kreatif? Evolusi Video Musik Animasi
Menariknya, MV animasi jarang ditemukan pada tahun 1990-an dan awal 2000-an. Jika kita meninjau periode tersebut, kebanyakan video musik menampilkan set mewah dan menonjolkan musisi yang tampil langsung di depan kamera, mencerminkan anggaran melimpah pada masa itu. Sebaliknya, meningkatnya penggunaan animasi dalam MV saat ini mungkin awalnya terlihat sebagai langkah penghematan biaya. Meski hal ini sebagian benar, hasilnya telah menjadi transformasi yang signifikan. MV animasi semakin diterima luas seiring dengan perkembangan animasi Jepang, menciptakan ruang untuk bentuk ekspresi seni yang baru.
Membentuk Dunia Artistik Lewat Animasi
Bagi banyak musisi populer Jepang, yang sering memilih untuk tidak menampilkan wajah mereka secara publik, MV animasi memainkan peran penting dalam membentuk dan menyampaikan dunia artistik mereka yang unik. Dengan memanfaatkan animasi, video ini tidak hanya melengkapi musik, tetapi juga memperluas dampaknya, memberikan pengalaman yang lebih kaya dan mendalam bagi penonton.
Jepang adalah rumah bagi banyak studio animasi yang bakatnya melampaui seri anime, termasuk pembuatan video musik dan iklan. Karya inovatif ini menambahkan energi segar ke dalam dunia musik. Mari kita telusuri sembilan MV luar biasa di mana musik dan animasi berpadu menciptakan sesuatu yang luar biasa.
Kenshi Yonezu: “Spirits of the Sea”
Lagu ini, yang ditulis untuk film animasi Children of the Sea (diadaptasi dari manga karya Daisuke Igarashi), adalah salah satu karya Kenshi Yonezu yang paling terkenal. Video musiknya menampilkan cuplikan dari film tersebut, yang diedit dengan mulus untuk meningkatkan kedalaman emosional lagu ini. Visual dan musiknya memiliki hubungan yang mendalam, karena lagu ini diciptakan khusus untuk film tersebut.
Bagi saya, menonton MV ini menjadi pengalaman yang mengubah pandangan—saya langsung mencari bioskop lokal yang menayangkan film tersebut dan menontonnya malam itu juga. Animasi film yang memukau dan tema yang kaya membuat saya sadar bahwa ini adalah pengalaman sinematik yang tak boleh dilewatkan. Sinergi antara musik Yonezu dan keindahan seni film ini adalah contoh sempurna bagaimana MV animasi dapat memperkuat kekuatan narasi.
Hachi: “Donut Hole 2024”
Awalnya dirilis pada tahun 2013 sebagai lagu Vocaloid dengan MV bergambar tangan karya Hachi (nama alias Kenshi Yonezu sebelumnya), “Donut Hole” kembali hadir pada tahun 2024 sebagai MV animasi penuh. Versi baru ini membawa energi asli lagu tersebut dan mengubahnya menjadi narasi visual yang mengingatkan pada cerita shonen manga.
Animasi yang diperbarui ini merupakan perpanjangan konseptual dari album Yonezu tahun 2024, LOST CORNER, yang mengusung tema-tema yang terinspirasi oleh benda-benda yang terbuang—mencerminkan pengumuman yang menghantui dari truk pengumpul barang rongsokan di Jepang. Hasilnya adalah MV yang berlapis, menawarkan nostalgia bagi para penggemar lama sekaligus memberikan cerita baru yang imersif bagi pendatang baru.
Kenshi Yonezu: “Paprika”
Awalnya diciptakan sebagai lagu pendukung resmi untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, Paprika pertama kali dibawakan oleh grup anak-anak Foorin. Kemudian, Kenshi Yonezu, pencipta lagu ini, merilis versi self-cover yang dimasukkan dalam album suksesnya tahun 2020, STRAY SHEEP.
Video musiknya secara hidup menggambarkan suasana musim panas yang cerah dan penuh semangat di Jepang. Namun, terdapat nuansa melankolis yang perlahan muncul seiring berjalannya video. Dualitas ini mencerminkan nuansa budaya Jepang, terutama tradisi mengunjungi makam keluarga selama musim panas—sebuah kebiasaan yang sangat melekat dalam budaya Jepang. MV ini tampaknya mengambil inspirasi dari latar budaya tersebut, memberikan kedalaman emosional pada visualnya.
Secara musikal, Paprika menggunakan skala “Yona nuki”, sebuah skala pentatonik tradisional Jepang. Skala ini umum digunakan dalam lagu-lagu rakyat, musik anak-anak, dan J-pop modern, memunculkan rasa nostalgia bagi pendengar Jepang. Hasilnya adalah perpaduan yang mulus antara elemen musik tradisional Jepang dan sensibilitas modern, menjadikan Paprika lagu yang relevan lintas generasi.
Kombinasi visual yang cerah, tema budaya, dan struktur musik yang unik menyoroti kemampuan Kenshi Yonezu untuk menghubungkan tradisi dengan inovasi. Hasilnya adalah MV yang terasa abadi namun tetap modern.
ꉈꀧ꒒꒒ꁄꍈꍈꀧ꒦ꉈ ꉣꅔꎡꅔꁕꁄ(millennium parade): “Fly with Me”
Video musik Fly with Me adalah mahakarya animasi CGI penuh yang berlatar dalam visi futuristik Asia yang terinspirasi oleh cyberpunk. MV ini mengeksplorasi tema ketimpangan kelas sosial dan kebebasan individu, menghadirkan pengalaman visual dan naratif yang memukau.
Protagonisnya hidup di dunia kristal yang terbungkus, mewakili rakyat biasa. Sebaliknya, kelas atas digambarkan sebagai entitas grotesk dan mengerikan yang mengontrol dan memanipulasi dunia bawah. Pada awalnya, sang protagonis bertarung seolah-olah berada di bawah kendali pikiran, namun secara bertahap menyadari manipulasi yang dialaminya. Aksi pemberontakan terakhirnya melambangkan pembebasan, menantang nilai-nilai yang telah mengakar dalam masyarakatnya.
Animasi ini menjadi kritik tajam terhadap masalah sosial modern sambil merayakan perjuangan untuk kebebasan individu. Narasi yang dalam dan berlapis ini selaras dengan audiens masa kini, menggabungkan visual mutakhir dengan pesan yang kuat.
Dilaporkan, biaya produksi mencapai puluhan juta yen, dan kualitas serta skala video ini sepenuhnya membenarkan investasi tersebut. Unsur anggaran besar terlihat dalam desainnya yang rumit, alur cerita yang memikat, dan eksekusi yang imersif, menjadikannya karya yang menonjol di antara proyek-proyek serupa.
Vaundy: “Fukakouryoku”(不可幸力)
Istilah asli Fukakouryoku (不可抗力) dalam bahasa Jepang berarti “force majeure” atau “keadaan yang tidak terhindarkan.” Namun, dalam judul lagu ini, kanji untuk “perlawanan” (抗) digantikan dengan “kebahagiaan” (幸), menciptakan frasa baru yang dapat diartikan sebagai “kekuatan kebahagiaan yang tak terhindarkan.”
Pada pandangan pertama, video musik animasi Fukakouryoku tampak sederhana, seolah-olah tanpa narasi yang jelas. Namun, video ini meninggalkan kesan misterius yang terus membekas di benak penonton. Motif burung gagak yang berulang mendominasi visualnya, dipadukan dengan objek buatan manusia seperti kotak surat, kerucut lalu lintas, pagar pembatas, dan ponsel—elemen-elemen yang biasa ditemukan dalam kehidupan perkotaan. Namun, yang mencolok adalah ketiadaan sosok manusia. Penggambaran dunia tanpa manusia ini menciptakan rasa ketidaknyamanan yang nyata, memberikan ciri khas pada MV ini sekaligus mengundang penonton untuk merenungkan makna yang lebih dalam.
Sebaliknya, lirik lagu ini merayakan kehangatan dan hubungan antarmanusia yang hidup dalam harmoni. Kontras antara kesendirian visual dalam MV dan penekanan pada kebersamaan dalam lirik terasa disengaja, mungkin dirancang untuk menimbulkan rasa disonansi. Kesepian dan keterasingan yang digambarkan dalam MV ini berfungsi untuk menegaskan pentingnya koneksi manusia seperti yang ditekankan dalam lirik. Kontras tajam ini mendorong penonton untuk merenungkan “celah antara ideal dan realitas” serta nilai mendalam dari hubungan antarmanusia.
Interaksi antara harapan yang diekspresikan melalui lirik dan isolasi yang ditampilkan melalui visual menciptakan narasi berlapis yang melampaui sekadar visualisasi lagu. Sebaliknya, ini menjadi komentar mendalam yang mengundang introspeksi. Ketegangan antara kedua elemen ini mungkin menjadi alasan mengapa MV ini begitu beresonansi dengan audiens, meninggalkan dampak yang terus membekas jauh setelah video selesai ditonton.
ZUTOMAYO: “STUDY ME”
Zutto Mayonaka de Ii no ni. (ZUTOMAYO) telah menciptakan ceruk unik dalam dunia musik Jepang sebagai artis tanpa wajah, mempertahankan citra misterius. Penampilan live mereka dirancang dengan sangat cermat untuk menyembunyikan wajah vokalis melalui pencahayaan dan efek visual yang kreatif, menambah daya tarik enigmatik mereka.
Video musik ZUTOMAYO sepenuhnya berupa animasi, menjadi seikonik musik mereka sendiri. Animasi ini memadukan fashion kontemporer dengan elemen nostalgia dari budaya Jepang era 1980-an dan 1990-an, menciptakan estetika yang khas. Visual yang dihasilkan memunculkan rasa akrab sambil menawarkan interpretasi segar dalam animasi.
Dalam STUDY ME, gaya khas ZUTOMAYO ditampilkan sepenuhnya. MV ini menganyam gambar-gambar yang hidup dan sureal dengan referensi budaya yang halus, membangun dunia imajinatif yang terasa modern sekaligus abadi. Perpaduan artistik antara suara dan visual ini tidak hanya memperkuat musiknya, tetapi juga memperkokoh reputasi ZUTOMAYO sebagai pelopor dalam menggabungkan penceritaan auditori dan visual.
Daya tarik unik dari STUDY ME terletak pada kemampuannya untuk melampaui batasan tradisional, mengundang penonton untuk tenggelam dalam semesta ZUTOMAYO yang dirancang dengan rumit. Ini bukan hanya MV, tetapi pengalaman mendalam yang memperkaya persepsi tentang apa yang bisa dicapai melalui seni musik dan animasi.
Hoshimachi Suisei: “BIBBIDIBA”
Hoshimachi Suisei, seorang VTuber (Virtual YouTuber) dan artis terkenal, terus memikat penonton dengan video musiknya yang inovatif. MV untuk BIBBIDIBA dengan cerdik memadukan animasi dengan elemen dunia nyata, menciptakan pengalaman visual yang mulus dan menarik. Pendekatan ini, meskipun populer dalam animasi kontemporer, dieksekusi dengan keluwesan dan presisi yang luar biasa, memperkuat dampak keseluruhan video.
Yang benar-benar menonjol adalah penggunaan teknik one-shot untuk mencapai perpaduan ini. Interaksi yang mulus antara animasi dan kenyataan tidak hanya menambah lapisan kegembiraan visual tetapi juga menonjolkan keahlian teknis di balik produksi tersebut. Narasi MV ini sangat terinspirasi oleh cerita klasik Cinderella, dengan judul lagunya sendiri merujuk pada tema abadi ini. Namun, video ini menghadirkan sentuhan modern, menginterpretasikan kembali kisah tersebut dengan visual kreatif yang terasa nostalgia sekaligus inovatif.
Dengan menggabungkan motif klasik dengan sentuhan kontemporer, BIBBIDIBA menawarkan pengalaman menonton yang unik dan menarik. Kemampuan Hoshimachi Suisei untuk menyatukan cerita tradisional dengan teknik animasi mutakhir semakin memperkuat posisinya sebagai artis yang menonjol di dunia VTuber dan musik. Video ini bukan hanya hiburan, tetapi juga bukti keahlian dan visinya yang memukau.
BUMP OF CHICKEN: “Acacia”
Video musik untuk Acacia adalah kolaborasi luar biasa antara BUMP OF CHICKEN dan Pokémon, merayakan warisan abadi dari franchise yang dicintai ini. Video ini membawa penonton dalam perjalanan nostalgia melalui sejarah kaya Pokémon, memadukan elemen lama dan baru dengan mulus. Hasilnya adalah penghormatan yang menghangatkan hati, yang sangat beresonansi dengan penggemar dari segala generasi.
Lagu Acacia sendiri penuh semangat dan berirama cepat, dengan sempurna melengkapi visual yang dinamis. MV ini menangkap semangat Pokémon—rasa petualangan, kebahagiaan, dan persahabatan—sambil memperkuat energi yang dimunculkan oleh musiknya. Sinergi antara lagu dan animasi menciptakan pengalaman multi-sensori yang meninggalkan kesan mendalam.
Kolaborasi ini membuktikan bagaimana musik dan visual dapat saling mengangkat, menciptakan karya yang emosional dan kuat. Video ini tidak hanya merayakan warisan Pokémon tetapi juga menyoroti keindahan seni dari BUMP OF CHICKEN. Sebuah tontonan wajib bagi penggemar band maupun franchise Pokémon, Acacia adalah perpaduan sempurna antara seni dan nostalgia.
Quruli: “Amber Colored City, The Morning of The Shanghai Crab”
Lagu ini diciptakan pada tahun 2016 untuk memperingati 20 tahun debut Quruli. Band ini menggambarkan lagu ini sebagai upaya sengaja untuk menjauh dari karya-karya mereka sebelumnya, dengan memasukkan elemen hip-hop dan rap untuk menunjukkan sisi baru dari keahlian mereka. Pendekatan inovatif ini, dikombinasikan dengan suara yang selaras dengan selera kontemporer, menjadikannya salah satu lagu Quruli yang paling banyak di-streaming.
Video musik (MV) untuk Kohaku-iro no Machi, Shanghai-gani no Asa menampilkan animasi karya Wisut Ponnimit, seorang seniman manga asal Thailand. Gaya khas Wisut, yang ditandai dengan kehangatan dan kesederhanaan yang kontras dengan animasi Jepang tradisional, memberikan daya tarik unik pada video ini. Karya Wisut melengkapi kepribadian lagu ini, meningkatkan daya tariknya, dan menciptakan pengalaman visual yang berkesan.
Kombinasi antara gaya musik Quruli yang terus berkembang dan sentuhan artistik Wisut menjadikan lagu ini sebagai karya yang menonjol, baik dari segi musik maupun visual. Ini adalah bukti kemampuan Quruli untuk terus berinovasi sambil tetap relevan di dunia musik yang selalu berubah.
Potensi Masa Depan Video Musik Animasi
Video musik animasi (AMV) sedang membuka frontier baru dengan memadukan musik dan visual untuk meningkatkan kedua bentuk ekspresi ini. Berbeda dengan animasi tradisional yang sering menitikberatkan pada pengembangan cerita dan karakter, AMV lebih fokus pada penyelarasan visual dengan ritme dan melodi musik. Sinergi antara emosi dan visual ini menciptakan interaksi dinamis yang memberikan penonton koneksi yang lebih dalam dan cara baru untuk menikmati musik.
Kemajuan teknologi CGI dan VR mendorong AMV ke wilayah yang belum pernah dijelajahi, memungkinkan pengalaman interaktif dan imersif. Alat-alat mutakhir ini membuka kemungkinan kreatif yang belum pernah ada sebelumnya, mengubah cara audiens melihat dan berinteraksi dengan musik serta animasi.
Kolaborasi internasional juga menjadi pendorong evolusi AMV, memadukan pengaruh budaya dan gaya artistik yang beragam. Dengan menggabungkan teknik animasi Jepang dengan tren musik global, AMV menciptakan mahakarya lintas budaya yang mampu memikat audiens di seluruh dunia. Perpaduan ini melampaui batas geografis dan memperluas potensi kreatif dari kedua medium tersebut, memperkaya lanskap global musik dan animasi.
Selain itu, munculnya AI sedang mengubah proses produksi AMV. Teknologi AI memiliki potensi untuk mendemokratisasi pembuatan video musik animasi, memberdayakan artis independen dan yang kurang dikenal untuk menghasilkan karya-karya yang berani dan imajinatif. Perubahan ini dapat menyebabkan lonjakan AMV inovatif dari kreator-kreator tak terduga, membawa perspektif baru dan karya tersembunyi ke permukaan.
Seiring dengan evolusi teknologi dan kolaborasi artistik, kemungkinan untuk AMV hampir tidak terbatas. Masa depan AMV menjanjikan lanskap di mana musik dan animasi bekerja bersama untuk menginspirasi, berinovasi, dan mendorong batas-batas kreatif, menawarkan audiens cara baru untuk menikmati dan terhubung dengan seni.
Comment